Sabtu, 04 Januari 2014

TAHUN 2014 RESOLUSI UMAT UNTUK PERUBAHAN BESAR DUNIA MENUJU KHILAFAH

I.      KALEIDOSKOP KAUM MUSLIMIN
2011 menjadi babak baru perjuangan kaum muslimin di Suriah untuk mempertahankan konsekuensi aqidah mereka. Hingga saat ini, perjuangan yang telah berubah tujuan untuk menegakkan Khilafah Islamiyah tersebut, masih belum kunjung menemui titik terang. Terakhir, di penghujung tahun 2013, tersiar kabar anak-anak Suriah memakan karton untuk menyambung hidupnya. Beberapa waktu silam hewan seperti anjing dan kucing pun dimakan oleh pengungsi dan mujahid disana. Entah sudah tak terhitung berita berita tentang ratusan ribu jiwa melayang, ribuan cacat dan terluka, anak-anak yatim, hancurnya tempat tinggal, jutaan orang mengungsi, kelaparan, penyakit, dan berbagai derita yang tak terbayangkan. Semua adalah akibat perang di Suriah yang semakin lama akan semakin mematikan.Perang sudah hampir berlangsung selama 3 tahun. Dan perang ini nampaknya tidak akan berhenti dalam waktu dekat.
Keterpurukan umat Islam yang lain juga masih terus terjadi di Indonesia. Tidak hanya banyaknya kasus kelaparan, pelayanan kesehatan yang masih menjadi polemik hingga merajalelanya korupsi, masih menjadi penghangat media. Persis di malam pergantian tahun ini, Tim Densus Mabes Polri membunuh 6 orang terduga teroris setelah terlibat baku tembak dengan mereka di Kampung Sawah, Ciputat. Tindakan polisi yang menembak mati para terduga teroris dikecam Komnas HAM. Kasus penembakan ini melanjutkan rentetan permusuhan terhadap umat Islam di negeri ini. Sepuluh tahun telah berlalu, sejak dicanangkannya “War Againts Terrorism” di Indonesia. Semakin hari, umat semakin dibuat geram dan marah oleh Densus 88. Lebih dari itu, umat Islam terus dibuat takut terhadap agamanya sendiri.
Pun dengan pembangunan di Indonesia ternyata lebih mengandalkan utang daripada sumber kekayaan alam. Hingga September 2013, utang pemerintah Indonesia mencapai Rp 2.273,76 triliun. Jumlah utang ini naik naik Rp 95,81 triliun dibandingkan dengan posisi Agustus 2013. Kemudian, hingga September aset negara sekitar 70-80 persen telah dikuasai asing.

Dalam kehidupan ekonomi, walaupun mayoritas masyarakat beragama muslim, namun yang menguasai sektor ekonomi di Jakarta kebanyakan bukan umat muslim. Umat muslim tak kuasa untuk mengambil alih kekuasaan di lini ekonomi ini. Umat muslim sangat lemah bahkan yang lebih mengenaskan, banyak dari umat muslim yang bekerja maupun dipekerjakan untuk umat nun muslim secara tidak layak.
Data menunjukkan pengusaha Indonesia jumlahnya masih kurang dari 2 %. Padahal suatu negara mampu berkembang menjadi negara maju apabila jumlah pengusahanya minimal mencapai 2 %. Yang lebih miris lagi, data pengusaha Indonesia yang kurang dari 2 % tersebut kebanyakan bukan orang muslim. Hal ini menyebabkan semakin terpuruknya keadaan umat muslim Indonesia ini.
Perlu kita ketahui, jikalau selain umat muslim yang menguasai sektor ekonomi maka tentulah mereka akan menerapkan sistem kapitalis yang pasti akan sangat memperluas kesenjangan antara orang kaya dan orang miskin. Selain itu, dampak lain adalah makin maraknya kejahatan di negeri dengan iklim tropis ini yang semua itu terjadi karena faktor dorongan ekonomi di tambah dengan bisikan syaitan untuk melanggar perintah Allah.
II.    DURI DALAM DAGING UMAT ISLAM
Keterpurukan dan keterbelakangan umat Islam saat ini, tentunya diakibatkan oleh banyak hal. Diantaranya adalah faktor internal kaum muslimin yang saat ini memilih menjauh dari Al Qur'an dan As Sunnah. Allah berfirman:
tA$s%ur ãAqß§9$# Éb>t»tƒ ¨bÎ) ÍGöqs% (#räsƒªB$# #x»yd tb#uäöà)ø9$# #YqàfôgtB ÇÌÉÈ  
“berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan". (al-Furqaan: 30)
Faktor internal lain adalah terpecah belahnya umat Islam karena perbedaan masalah furu' seperti masalah fiqh madzhab, masalah jama'ah dan sebagainya, sampai merusak hubungan ukhuwah islamiyah. Tentu saja umat yang terpecah belah akan lebih mudah dikalahkan oleh musuh-musuh Islam. Sudah saatnya bagi umat Islam untuk memperkuat kesatuan hati dan tali ukhuwah. Firman Allah:
"dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua(kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Al-Anfal:63)
Disamping faktor internal, terdapat pula faktor eksternal yang menjadi sebab mundurnya umat Islam, yaitu adanya ghazwul fikri (perang pemikiran) dan harakatul irtidad (gerakan pemurtadan) dari musuh-musuh Islam untuk menghancurkan Islam dan umatnya. Dan perang ini adalah perang yang hingga saat ini belum berhasil dimenangkan olah kaum muslimin. Maha Benar Allah dengan firman-Nya:
`s9ur 4ÓyÌös? y7Ytã ߊqåkuŽø9$# Ÿwur 3t»|Á¨Y9$# 4Ó®Lym yìÎ6®Ks? öNåktJ¯=ÏB  
“orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.” (al-Baqarah:120)
III.      Mempersiapkan Perubahan Hakiki
Dengan semua hal yang terjadi ditengah umat, maka perubahan harus dilaksanakan. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk mencetuskan perubahan yang hakiki di tengah-tengah masyarakat.
Pertama: adanya visi perubahan yang kuat dan jelas. Visi perubahan yang harus ditumbuhkan di tengah-tengah masyarakat adalah mengubah sistem kufur menjadi sistem Islam. Dengan kata lain, di tengah-tengah umat harus ditumbuhkan sebuah kesadaran bahwa yang harus mereka tuntut bukan sekadar mengganti rezim, tetapi mengganti sistem kufur dengan sistem Islam. Mereka juga harus disadarkan bahwa sistem Islam hanya bisa ditegakkan ketika hukum syariah diterapkan secara menyeluruh dalam koridor Negara Khilafah Islamiyah.
Kedua: adanya kelompok kuat yang mampu memimpin dan mengawal umat menuju perubahan revolusioner. Ini didasarkan pada kenyataan bahwa menegakkan Khilafah Islamiyah adalah aktivitas berat yang tidak mungkin dipikul oleh individu atau sekelompok individu. Menegakkan Khilafah hanya bisa diwujudkan dengan kerja kolektif. Gerakan Islam ini juga harus memiliki metode perjuangan yang sahih yang sejalan dengan manhaj dakwah Nabi saw. serta memiliki sejumlah konsepsi rinci dan praktis tentang sistem pemerintahan Islam, sistem ekonomi Islam, serta sistem-sistem lain yang dibutuhkan untuk membangun Khilafah Islamiyah. Setelah bekal dan persiapan ini dimiliki, gerakan Islam tersebut harus terjun ke masyarakat, berinteraksi dengan mereka serta memimpin mereka dalam perjuangan menegakkan syariat dan Khilafah Islamiyah.
Ketiga: adanya opini umum (ra’yu al-‘am) yang lahir dari kesadaran umum (wa’yu al-‘am). Yang dimaksud opini umum adalah: (1) opini umum untuk membela Islam dan keinginan untuk hidup di bawah naungan Daulah Khilafah Islamiyah; (2) opini umum untuk membela dan membantu gerakan Islam yang hendak mendirikan Daulah Khilafah Islamiyah.
Keempat: adanya kesadaran politik (wa’yu as-siyasi) di tengah-tengah umat. Yang dimaksud dengan kesadaran politik adalah kesadaran untuk selalu memandang setiap persoalan, baik lokal maupun internasional, dari sudut pandang Islam. Kesadaran politik bukanlah sekadar kesadaran memahami kejadian-kejadian politik kekinian dan konstelasi politik internasional, tetapi kesadaran untuk memandang urusan dunia berdasarkan perspektif akidah dan syariat Islam.
Kelima: adanya dukungan ahlun-nushrah atau ahlul-quwwah kepada gerakan Islam. Pasalnya, ahlul-quwwah adalah pemilik kekuasaan real di tengah-tengah masyarakat sekaligus representasi dari kekuasaan sebuah masyarakat. Tanpa dukungan mereka, gerakan Islam tidak akan mungkin mampu meraih kekuasaan dari tangan umat dan mendirikan Khilafah Islamiyah. Dalam banyak kasus perubahan, mulai dari Tunisia hingga Mesir, gerakan rakyat yang kuat tetap tidak memiliki kapasitas untuk menjatuhkan sebuah kekuasaan tanpa dukungan dari ahlul-quwwah. Untuk itu, adanya dukungan dari ahlul-quwwah merupakan syarat bagi terjadinya peralihan kekuasaan, dari kekuasaan kufur menuju kekuasaan Islam.
Inilah beberapa bekal dan persiapan yang harus kita miliki untuk mencetuskan perubahan hakiki di tengah-tengah masyarakat. Hanya saja, aktivis gerakan Islam tidak boleh lupa, bahwa kemenangan adalah milik Allah SWT. Oleh karena itu, selalu menjaga keikhlasan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT merupakan perkara yang tidak boleh ditawar-tawar bagi siapa saja yang hendak memperjuangkan tegaknya agama-Nya. Menjadikan diri memiliki segenap kemampuan, serta menguasai keahlian adalah sesuatu yang mutlak untuk dimiliki setiap individu muslim.
Selain itu, dibutuhkan juga persiapan yang maksimal, keikhlasan dan kedekatan seorang Muslim kepada Allah SWT merupakan faktor penting agar kita mendapatkan pertolongan-Nya. Atau, jika memilih untuk setengah-setengah, maka generasi lainlah yang akan menggantikan kita, dan tentu saja merenggut posisi surga dari tangan kita. Berhenti atau terus memperbaiki diri, adalah dua pilihan yang tersisa. Yang jelas, dakwah tidak akan membuahkan hasil bila keikhlasan hilang dan kita tidak turut memperbaiki diri.

Wallahua’lam bishawab. []

*)disampaikan dalam halqah bulanan edisi 1 januari 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar